Senin, 09 Juli 2012
Mikro Konseling
Teknik khusus
1.
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk
melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya
adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk
membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya.
Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis
merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien
untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat
secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki
dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya
merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat
secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
3.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat
digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya
dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang
disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang
tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk
asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
4.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk
membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah
terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku
model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya
yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang
berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa
pujian sebagai ganjaran sosial.
5.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara
klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling
bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya
:
-Kecenderungan
orang tua lawan kecenderungan anak.
-Kecenderungan
bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
-Kecenderungan
“anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
-Kecenderungan
otonom lawan kecenderungan tergantung.
-Kecenderungan
kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut
pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu
posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat
dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
6.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan
untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada
memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
7.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada
orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau
menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya
kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada
orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi
konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang
diproyeksikan kepada orang lain.
8.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku
tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang
mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran
yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
9.
Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk
klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau
ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan
dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus
yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan.
Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan
atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan
kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan
menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan
keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
10.
Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam
bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak
logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan
tugas yang diberikan. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk
pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada
konselor.
11.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk
melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
12.
Bermain
Teknik untuk mengekspresikan
berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu
suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
13.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara
terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
TEKNIK
UMUM
A.
Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga
perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh,
dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
1.
Meningkatkan harga diri klien.
2.
Menciptakan suasana yang aman
3.
Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku
attending yang baik :
Kepala
: melakukan anggukan jika setuju
Ekspresi
wajah : tenang, ceria, senyum
Posisi
tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Tangan
: variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan
sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
Mendengarkan
: aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti
saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku
attending yang tidak baik :
Kepala
: kaku
Muka
: kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata melotot.
Posisi
tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk
kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan
pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan
klien berfikir dan berbicara.
Perhatian
: terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
B.
Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa
yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau
tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa
perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat
dua macam empati, yaitu :
Empati
primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan
keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh
ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya
dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
Empati
tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan,
pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien
karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut
membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam,
berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan
empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya
ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
C.
Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat
tiga jenis refleksi, yaitu :
Refleksi
perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh
: ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
Refleksi
pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien
sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh :
” Tampaknya yang Anda katakan…”
Refleksi
pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ”
Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
D.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk
menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan
karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas
berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik
refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
Eksplorasi
perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
Eksplorasi
pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh :
” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah
sambil bekerja”.
Eksplorasi
pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman
klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya
ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan Anda”
E.
Menangkap Pesan (paraphrasing)
Menangkap Pesan adalah teknik
untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti
mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana,
biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati
respons klien terhadap konselor.
Contoh
dialog :
Klien
: ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya
tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor
: ” Tampaknya Anda masih ragu.”
F.
Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik
untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan
pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question).
Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau
apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak
tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya
apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh
: ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan ? ”
G.
Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya
harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula
digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak
atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : (1)
mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3)
menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh
Contoh
dialog :
Klien
: ”Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang
selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor:
”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien
: ” Empat ”
Konselor:
” Sekarang berapa ? ”
Klien
: ” Sebelas ”
H.
Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik
untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah
dikemukakan klien.
I.
Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas
pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan
pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan
agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru
tersebut.
Contoh
dialog :
Klien
: ” Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang
tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat
membutuhkan biaya.”
Konselor
: ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga
negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan
makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu
orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang
tergolong akan meninggalkan SMA”.
J.
Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan
mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain
peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien
: ” Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri.
Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
K.
Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan
sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan
menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan, (2)
menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, (3) meningkatkan
kualitas diskusi, (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling.
Contoh
:
”
Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu
agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang
kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk
bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan
hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera
menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari
perusahaan yang akan Anda masuki.”
Teknik-teknik Konseling Gestalt
1.
Latihan dialog
Tujuannya
adalah untuk menciptakan terintegrasinya fungsi serta penerimaan aspek-aspek
dari kepribadian seseorang yang selama ini telah tidak dimiliki dan telah
diungkiri.
Para
terapis Gestalt sangat memperhatikan pada terbelahnya fungsi terbelahnya fungsi
kepribadian. Bagi yang utama adalah “kuda hitam” (top dog) serta “kambing
hitam” (underdog).
Si
kuda hitam, penuh hak, otoriter, moralis, banyak tuntutan, selalu memerintah
dan manipulative.
Si
kambing hitam bermanipulasi dengan memainkan peran sebagai korban, selalu
defensive, lemah dan pura-pura tak berdaya.
Si
kuda hitam dan si kambing hitam tiada henti-hentinya terlibat dalam pergulatan
untuk memegang kontrol. Si kuda hitam yang tiranis menuntut orang harus seperti
ini itu. Sedangkan si kambing hitam menunjukkan sikap menentang. Sebagai akibat
dari pergulatan ini maka si individu menjadi terbelah sebagai pengontrol dan
yang terkontrol. Kedua pihak berjuang untuk mempertahankan eksistensi
masing-masing. Konflik antara dua kutub yang berlawanan dalam kepribadian itu
berakar pada mekanisme introjeksi, yang menyangkut aspek keterlibatan orang
lain ke dalam suatu sistem ego.
Teknik kursi
kosong
Tujuannya
adalah untuk membuat klien mengeksternalisasikan introjeknya, menolong klien
untuk berhubungan dengan perasaan atau sisi dirinya yang mungkin mereka
ingkari, mereka mengintensifkan serta menghayati perasaan itu secara penuh.
Dalam teknik ini digunakan dua buah kursi. Terapis minta
klien duduk di kursi yang satu dan secara penuh menjadi si kuda hitam. Dan
beralih ke kursi satunya untuk menjadi kambing hitam.
Ini merupakan teknik bermain peran yang oleh klien
dimainkan kedua perannya. Klien dapat menghayati konflik itu, dan diselesaikan
oleh klien dengan jalan menerima dan mengintegrasikan kedua sisi itu.
Teknik ini bisa memberikan semangat klien hingga menjadi
benar-benar mengahayati peranan yang mereka mainkan, dan hasilnya berupa
penemuan kembali aspek otonom dalam dirinya.
2.
Berkeliling
Berkeliling
adalah latihan Gestalt yang mencakup minta seseorang dalam kelompok untuk
menuju ke orang lain dalam kelompok, baik untuk berbincang-bincang maupun
saling melakukan sesuatu untuk masing-masing.
Tujuannya
adalah untuk berkonfontasi, mengambil resiko, mengungkapkan dirinya,
bereksperimen dengan perilaku baru, dan tumbuh serta berubah.
Langkah
: seorang peserta perlu untuk berhadapan dengan setiap peserta dalam kelompok
itu dengan suatu tema tertentu.
3.
“Saya yang memikul tanggung jawab atas..”
Tujuannya
adalah untuk menolong klien mengenali dan mau menerima perasaan mereka dan
bukan memproyeksikan perasaan mereka pada orang lain.
Contoh
: “Saya merasa kesepian, dan saya memikul tanggung jawab atas rasa kesepian
saya itu”. Rasanya saya ini tidak masuk hitungan dan saya bertanggung jawab
atas perasaan saya ini. “Saya tidak tahu mau bilang apa sekarang, dan saya
bertanggung jawab atas ketidaktahuan saya itu”.
4.
Bermain dengan projeksi
Dinamika
projeksi terdiri dari apa yang oleh seseorang dilihat dalam diri orang lain
hal-hal yang ia tidak mau lihat dan tidak mau menerimanya sebagai yang ada pada
dirinya. orang dapat menanamkan banyak energi untuk mengingkari perasaan dan
menuduhkan motifnya pada diri orang lain.
Dalam
bermain dalam projeksi, terapis minta kepada orang yang mengatakan “ Saya tidak
bisa mempercayai anda” untuk memainkan peran orang yang tidak bisa dipercayai
itu yaitu untuk menjadi orang lain agar bisa menemukan tingkat rasa tidak
percaya yang merupakan konflik batin itu.
5.
Teknik pembalikan (reversal)
Teori
yang mendasari teknik reversal adalah bahwa klien terjun ke dalam suatu
kepalsuan dengan penuh keinginan untuk tahu dan mengadakan kontak dengan bagian
dari dirinya yang telah tenggelam dan diingkari.
Tujuan
teknik ini bisa menolong klien untuk mulai menerima atribut-atribut personal
tertentu yang telah mereka usahakan untuk diingkari.
Gejala
dan perilaku tertentu seingkali mewakili suatu pembalikan dari impuls laten yang
ada dibawahnya. Terapis meminta seseorang untuk merasa menderita pencegahan
sangat berat serta rasa malu-malu yang berlebihan dengan memainkan peran
sebagai seorang ekshibisionis dalam kelompok itu. Saya ingat seorang wanita
yang ada dalam satu dari kelompok saya yang sulit untuk menjadi orang selain
menjadi orang yang manis. Saya memintanya untuk mereversi (berbuat sebaliknya)
gayanya yang khas dan menjadi yang senegatif mungkin. Dia segera memainkan perannya dengan penuh semangat dan selang beberapa lama
mampu mengenali dan mau menerima “sisi negatif” dan juga “sisi positif”
dirinya.
6.
Latihan Gladi
Dalam
khayalan kita mengadakan gladi untuk peranan yang kita kira diharapkan orang
untuk kita mainkan dalam masyarakat. Kita mengalami demam panggung atau kekhawatiran,
oleh karena kita takut kita tidak bisa memainkan peran kita dengan baik.
Anggota
kelompok terapi bisa saling berbagi gladi agar bisa mempertebal kesadaran akan
sarana persiapan yang banyak yang mereka gunakan untuk membantu menggelidingkan
peran sosial mereka. Mereka makin menjadi sadar betapa mereka demikian keras
berusaha untuk memenuhi harapan orang lain, sadar akan tingkat kadar
penerimaan, persetujuan, dan disukai yang dia kehendaki dan tentang sejauh mana
mereka pergi untuk mendapatkan penerimaan.
7.
Latihan membesar-besarkan
Salah
satu sasaran terapi Gestalt yang ingin dicapai adalah bahwa klien menjadi lebih
sadar akan pertanda serta petunjuk yang rumit yang mereka kirimkan lewat bahasa
isyarat.
Orangnya
diminta untuk berkali-kali melakukan gerakan atau isyarat tubuh secara
berlebihan, yang biasanya mengidentifikasikan perasaan yang melekat pada
perilaku itu dan menjadikan makna internnya lebih jelas.
Misalnya,
kalau kliem melaporkan bahwa dirinya gemetaran, maka terapis bisa meminta klien
untuk berdiri tegak dan melebih-lebihkan gemetarannya. Kemudian bisa ditanyakan
kepada klien untuk mengutarakan tubuhnya yang gemetaran itu dalam bentuk
kata-kata.
8.
Bertahan dengan perasaan yang ada
Terapis
minta kepada klien untuk tetap bertahan dengan rasa takut dan kepedihan macam
apapun yang mereka hayati pada masa ini dan membangkitkan semangat mereka untuk
menyusup lebih dalam lagi ke perasaan dan perilaku yang ingin mereka hindari.
Membangkitkan
keberanian suatu pertanda akan kemauan untuk bertahan dengan penderitaan yang
harus ada agar bisa menghilangkan kendala serta menguak jalan akan tingkat
pertumbuhan yang baru.
9.
Pendekatan Gestalt pada kerja mimpi
Dalam
psikoanalisis mimpi merupakan pemahaman intelektual yang diinterpretasikan, dan
dipakai asosiasi bebas sebagai satu metode mengeksplorasi makna dari suatu
mimpi yang luput dari alam sadar.
Tujuannya
adalah membawa mimpi itu kembali hidup dan menghidupkan kembali seolah-seolah
terjadi sekarang.
Langkah : penyusunan daftar dari semua mimpi
itu secara rinci, dengan mengingat kembali setiap orang, peristiwa, dan suasana
hati didalamnya, dan kemudian menjadi bagian dari setiap bagian itu dengan
jalan mentransformasikan diri, berlaku sepenuh-penuhnya dan menemukan dialog.
Setiap bagian dari mimpi itu diasumsikan sebagai projeksi diri maka orang
menciptakan naskah tentang pertemuan antara berbagai watak atau bagian-bagian.
Semua dari bagian yang berbeda-beda dari mimpi merupakan ekspresi dari sisi
yang kontradiktif serta tidak konsisten. Jadi, dengan jalan berdialog antara
sisi-sisi yang bertentangan ini, orang secara bertahap akan menjadi lebih sadar
akan tingkat perasaannya sendiri.
Metode konseling Self-Management
Pengertian
Self-Management
adalah suatu proses dimana klien mengarahkan perubahan tingkah laku mereka
sendiri dengan menggunakan suatu strategi, dimana klien secara mandiri aktif
menggerakkan variable internal, eksternal untuk melakukan perubahan yang
diinginkan. Konselor merupakan fasilitator dalam proses konseling untuk
mendorong dan melatif prosedur yang akan diberikan, namun klienlah yang
mengontrol pelaksanaan strategi ini.
Tujuan
Individu dapat
mengambil keputusan tentang hal yang berhubungan dengan perilaku khusus yang
ingin dikendalikan atau diubah, dengan memberi konseli tanggung jawab dan andil
dari pelaksanaan strategi yang akan dilakukan.
Langkah-langkah Konseling
1.
Mendefinisikan masalah dalam
hal perilaku (konselor memilih/mengidentifikasi perilaku yang dapat diamati dan
terukur dari konseli).
2.
Konselor merecord aktivitas
konseli dalam satu minggu, termasuk di dalamnya hal-hal spesifik yang dialami
konseli (perilaku konseli, pengaturan-pengaturan, kejadian-kejadian yang
mengarah ke perilaku konseli, serta konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku
tersebut.)
3.
Konselor bersama konseli
menetapkan tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan konseling.
4.
mengubah pengaturan dan
peristiwa pendahuluan yang mengarah ke perilaku konseli, dalam tahap ini
konselor mengarahkan konseli untuk mengubah perilaku konseli ke arah yang lebih
baik.
5.
Mengubah konsekuensi untuk
memperkuat perilaku konseli, konseli dihadapkan pada dampak-dampak yang akan
terjadi pada dirinya, terhadap perilakunya yang sekarang.
6.
mengidentifikasi usaha yang
sudah dilakukan konseli
7.
konselor mengembangkan rencana
dalam pelaksanaan program strategi self-managemnt, disini klien diberi tanggung
jawab untuk melakukan program yang sudah direncanakan secara sepenuhnya, namun
konseli tetap didampingi dan dimonitor oleh konselor.
Contoh: membuat jadwal harian
8.
konselor mengatur rencana untuk
mempertahankan tujuan yang direncanakan, serta mengarahkan konseli supaya dapat
menjalankan program yang direncanakan dengan baik.
9.
mengevaluasi efektivitas
program dan melakukan perubahan program jika rencana tersebut tidak bekerja.
Keterampilan Non Verbal
Perilaku non
verbal adalah produk sosial budaya dimana klien hidup dan bertumbuh. Mencakup
segala ungkapan yang tak disadari klien dalam bentuk gerak isyarat, gerak
tubuh, air muka, nada/getaran suara, dan tarikan nafas.
a.
Kinesics (ekspresi
wajah dan gerak anggota tubuh)
Yaitu ilmu yang
didasari atas pola-pola perilaku yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk
gerak jari-jari, tangan bibir, dan mata.
b.
Paralinguistic
(ekspresi nada suara bicara)
Yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan lisan/bahasa/suara termasuk kualitas bahasa, nada suara,
kelancaran dalam berbicara. Seperti tekanan suara, ritme/irama, tempo,
artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.
c.
Protemic (penggunaan
jarak atau kedekatan)
Yaitu pemahaman ruang
yang berpengaruh pada interaksi konseling penampilan ruang dan jarak pribadi.
Keterampilan Verbal
Teknik konseling verbal adalah sembarang
tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor, merupakan perwujudan konkret
dari maksud, pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor
(tanggapan batin) untuk membantu konselor pasa saat tertentu.
Komunikasi verbal adalah terwujud dalam
respon lisan/kata-kata yang diucapkan secara terfokus.
a.
Clarification
Respon verbal konselor
yang bertujuan mengembalikan seluruh pesan yang telah diungkapkan klien pada
awal proses konseling karena asumsi ditegakkan bahwa pada proses awal, klien
mencoba berbicara spontan tanpa kesadaran diri yang tinggi.
b.
Probling Awal (asking
question)
Respon bertanya awal
terbuka atau tertutup, yang digunakan konselor pada tahapan attending merupakan
pertanyaan yang mengarah pada permasalahan untuk membantu klien memahami
dirinya. Pertanyaan terbuka yang mengarahkan keterbukaan klien untuk
berekspresi. Pertanyaan tertutup digunakan untuk memperoleh informasi singkat.
c.
Minimal Encourage
Ungkapan kata yang
memotivasi. Respon verbal konselor untuk memberikan percaya diri, memberikan
penguatan/memberikan keterangan/rasa aman pada klien.
d.
Paraphrase
Respon verbal
paraphrase merupakan respon verbal konselor yang berkenaan dengan isi pesan
klien/pemikirannya pada masalah yang dialaminya sesuai dengan kerangka berpikir
klien.
e.
Reflection of Feeling
Respon verbal
reflection of feeling merupakan respon verbal konselor yang merefleksikan
perasaan-perasaan emosional klien yang tidak terkandung dalam permasalahan yang
dialaminya/pesan yang disampaikannya pada konselor.
Respon pengembalian
penekanan pada perasaan yang terkait dalam pesan klien.
f.
Attending Summarization
Penyimpulan pesan
secara menyeluruh/isi dan perasaan yang terkait yang terarah pada timbulnya
kesadaran diri klien pada masalahnya.
CONTIGENCY CONTRACTING
§ Pengertian
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jumat
|
Jumlah
|
||
Tidak
terlambat
|
Minggu 1
|
ü
|
ü
|
2
|
|||
Minggu 2
|
ü
|
ü
|
ü
|
3
|
|||
Minggu 3
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
4
|
||
Minggu 4
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
ü
|
5
|
|
Jumlah
|
14
|
Tingkah laku yang
bermasalah
Terlambat bangun
pagi, sehingga terlambat untuk datang ke sekolah, terlambat hingga 30 menit.
Tingkah laku yang
diinginkan
Tidak tidur larut
malam, agar bisa bangun lebih
pagi, sehingga tidak terlambat untuk datang ke sekolah.
Sangsi
Membersihkan kamar
mandi wanita, membersihkan ruangan kelas selama tiga hari berturut-turut,
jika konseli terlambat tanpa keterangan sebanyak tiga kali.
Hadiah
Apabila konseli bisa
merubah tingkah laku yang bermasalah menjadi tingkah laku yang diinginkan,
maka konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk bermain games
online pada saat liburan.
Tanda tangan
Siswa :
Guru :
Pihak lain yang
terlibat : Orang tua
|
Langganan:
Postingan (Atom)