Senin, 09 Juli 2012

Elmo =) (11 tracks) by eunice_90 - MixPod

Elmo =) (11 tracks) by eunice_90 - MixPod

Mikro Konseling


Teknik khusus
1.    Latihan  Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
5. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
-Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
-Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
-Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
-Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
-Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
6. Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
7. Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
8. Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
9. Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
10. Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
11. Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
12. Bermain
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
13. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.









TEKNIK UMUM
A. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
1. Meningkatkan harga diri klien.
2. Menciptakan suasana yang aman
3. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik :
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
B. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
C. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”
Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
D. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”

E. Menangkap Pesan (paraphrasing)
Menangkap Pesan adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
Contoh dialog :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
F. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan ? ”
G. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh
Contoh dialog :
Klien : ”Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan”.
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
H. Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien.


I. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien : ” Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”
Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
J. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien : ” Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
K. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan, (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap, (3) meningkatkan kualitas diskusi, (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling.
Contoh :
” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.”

Teknik-teknik Konseling Gestalt


1.      Latihan dialog
Tujuannya adalah untuk menciptakan terintegrasinya fungsi serta penerimaan aspek-aspek dari kepribadian seseorang yang selama ini telah tidak dimiliki dan telah diungkiri.
Para terapis Gestalt sangat memperhatikan pada terbelahnya fungsi terbelahnya fungsi kepribadian. Bagi yang utama adalah “kuda hitam” (top dog) serta “kambing hitam” (underdog).
Si kuda hitam, penuh hak, otoriter, moralis, banyak tuntutan, selalu memerintah dan manipulative.
Si kambing hitam bermanipulasi dengan memainkan peran sebagai korban, selalu defensive, lemah dan pura-pura tak berdaya.
Si kuda hitam dan si kambing hitam tiada henti-hentinya terlibat dalam pergulatan untuk memegang kontrol. Si kuda hitam yang tiranis menuntut orang harus seperti ini itu. Sedangkan si kambing hitam menunjukkan sikap menentang. Sebagai akibat dari pergulatan ini maka si individu menjadi terbelah sebagai pengontrol dan yang terkontrol. Kedua pihak berjuang untuk mempertahankan eksistensi masing-masing. Konflik antara dua kutub yang berlawanan dalam kepribadian itu berakar pada mekanisme introjeksi, yang menyangkut aspek keterlibatan orang lain ke dalam suatu sistem ego.
Teknik kursi kosong
Tujuannya adalah untuk membuat klien mengeksternalisasikan introjeknya, menolong klien untuk berhubungan dengan perasaan atau sisi dirinya yang mungkin mereka ingkari, mereka mengintensifkan serta menghayati perasaan itu secara penuh.
Dalam teknik ini digunakan dua buah kursi. Terapis minta klien duduk di kursi yang satu dan secara penuh menjadi si kuda hitam. Dan beralih ke kursi satunya untuk menjadi kambing hitam.
Ini merupakan teknik bermain peran yang oleh klien dimainkan kedua perannya. Klien dapat menghayati konflik itu, dan diselesaikan oleh klien dengan jalan menerima dan mengintegrasikan kedua sisi itu.
Teknik ini bisa memberikan semangat klien hingga menjadi benar-benar mengahayati peranan yang mereka mainkan, dan hasilnya berupa penemuan kembali aspek otonom dalam dirinya. 

2.      Berkeliling
Berkeliling adalah latihan Gestalt yang mencakup minta seseorang dalam kelompok untuk menuju ke orang lain dalam kelompok, baik untuk berbincang-bincang maupun saling melakukan sesuatu untuk masing-masing.
Tujuannya adalah untuk berkonfontasi, mengambil resiko, mengungkapkan dirinya, bereksperimen dengan perilaku baru, dan tumbuh serta berubah.
Langkah : seorang peserta perlu untuk berhadapan dengan setiap peserta dalam kelompok itu dengan suatu tema tertentu.

3.      “Saya yang memikul tanggung jawab atas..”
Tujuannya adalah untuk menolong klien mengenali dan mau menerima perasaan mereka dan bukan memproyeksikan perasaan mereka pada orang lain.
Contoh : “Saya merasa kesepian, dan saya memikul tanggung jawab atas rasa kesepian saya itu”. Rasanya saya ini tidak masuk hitungan dan saya bertanggung jawab atas perasaan saya ini. “Saya tidak tahu mau bilang apa sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan saya itu”. 

4.      Bermain dengan projeksi
Dinamika projeksi terdiri dari apa yang oleh seseorang dilihat dalam diri orang lain hal-hal yang ia tidak mau lihat dan tidak mau menerimanya sebagai yang ada pada dirinya. orang dapat menanamkan banyak energi untuk mengingkari perasaan dan menuduhkan motifnya pada diri orang lain.
Dalam bermain dalam projeksi, terapis minta kepada orang yang mengatakan “ Saya tidak bisa mempercayai anda” untuk memainkan peran orang yang tidak bisa dipercayai itu yaitu untuk menjadi orang lain agar bisa menemukan tingkat rasa tidak percaya yang merupakan konflik batin itu.

5.      Teknik pembalikan (reversal)
Teori yang mendasari teknik reversal adalah bahwa klien terjun ke dalam suatu kepalsuan dengan penuh keinginan untuk tahu dan mengadakan kontak dengan bagian dari dirinya yang telah tenggelam dan diingkari.
Tujuan teknik ini bisa menolong klien untuk mulai menerima atribut-atribut personal tertentu yang telah mereka usahakan untuk diingkari.
Gejala dan perilaku tertentu seingkali mewakili suatu pembalikan dari impuls laten yang ada dibawahnya. Terapis meminta seseorang untuk merasa menderita pencegahan sangat berat serta rasa malu-malu yang berlebihan dengan memainkan peran sebagai seorang ekshibisionis dalam kelompok itu. Saya ingat seorang wanita yang ada dalam satu dari kelompok saya yang sulit untuk menjadi orang selain menjadi orang yang manis. Saya memintanya untuk mereversi (berbuat sebaliknya) gayanya yang khas dan menjadi yang senegatif mungkin. Dia segera memainkan perannya dengan penuh semangat dan selang beberapa lama mampu mengenali dan mau menerima “sisi negatif” dan juga “sisi positif” dirinya.  

6.      Latihan Gladi
Dalam khayalan kita mengadakan gladi untuk peranan yang kita kira diharapkan orang untuk kita mainkan dalam masyarakat. Kita mengalami demam panggung atau kekhawatiran, oleh karena kita takut kita tidak bisa memainkan peran kita dengan baik.
Anggota kelompok terapi bisa saling berbagi gladi agar bisa mempertebal kesadaran akan sarana persiapan yang banyak yang mereka gunakan untuk membantu menggelidingkan peran sosial mereka. Mereka makin menjadi sadar betapa mereka demikian keras berusaha untuk memenuhi harapan orang lain, sadar akan tingkat kadar penerimaan, persetujuan, dan disukai yang dia kehendaki dan tentang sejauh mana mereka pergi untuk mendapatkan penerimaan.    

7.      Latihan membesar-besarkan
Salah satu sasaran terapi Gestalt yang ingin dicapai adalah bahwa klien menjadi lebih sadar akan pertanda serta petunjuk yang rumit yang mereka kirimkan lewat bahasa isyarat.
Orangnya diminta untuk berkali-kali melakukan gerakan atau isyarat tubuh secara berlebihan, yang biasanya mengidentifikasikan perasaan yang melekat pada perilaku itu dan menjadikan makna internnya lebih jelas.
Misalnya, kalau kliem melaporkan bahwa dirinya gemetaran, maka terapis bisa meminta klien untuk berdiri tegak dan melebih-lebihkan gemetarannya. Kemudian bisa ditanyakan kepada klien untuk mengutarakan tubuhnya yang gemetaran itu dalam bentuk kata-kata.

8.      Bertahan dengan perasaan yang ada
Terapis minta kepada klien untuk tetap bertahan dengan rasa takut dan kepedihan macam apapun yang mereka hayati pada masa ini dan membangkitkan semangat mereka untuk menyusup lebih dalam lagi ke perasaan dan perilaku yang ingin mereka hindari.
Membangkitkan keberanian suatu pertanda akan kemauan untuk bertahan dengan penderitaan yang harus ada agar bisa menghilangkan kendala serta menguak jalan akan tingkat pertumbuhan yang baru. 

9.      Pendekatan Gestalt pada kerja mimpi
Dalam psikoanalisis mimpi merupakan pemahaman intelektual yang diinterpretasikan, dan dipakai asosiasi bebas sebagai satu metode mengeksplorasi makna dari suatu mimpi yang luput dari alam sadar.
Tujuannya adalah membawa mimpi itu kembali hidup dan menghidupkan kembali seolah-seolah terjadi sekarang.
 Langkah : penyusunan daftar dari semua mimpi itu secara rinci, dengan mengingat kembali setiap orang, peristiwa, dan suasana hati didalamnya, dan kemudian menjadi bagian dari setiap bagian itu dengan jalan mentransformasikan diri, berlaku sepenuh-penuhnya dan menemukan dialog. Setiap bagian dari mimpi itu diasumsikan sebagai projeksi diri maka orang menciptakan naskah tentang pertemuan antara berbagai watak atau bagian-bagian. Semua dari bagian yang berbeda-beda dari mimpi merupakan ekspresi dari sisi yang kontradiktif serta tidak konsisten. Jadi, dengan jalan berdialog antara sisi-sisi yang bertentangan ini, orang secara bertahap akan menjadi lebih sadar akan tingkat perasaannya sendiri.  

Metode konseling Self-Management


Pengertian
Self-Management adalah suatu proses dimana klien mengarahkan perubahan tingkah laku mereka sendiri dengan menggunakan suatu strategi, dimana klien secara mandiri aktif menggerakkan variable internal, eksternal untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Konselor merupakan fasilitator dalam proses konseling untuk mendorong dan melatif prosedur yang akan diberikan, namun klienlah yang mengontrol pelaksanaan strategi ini.

Tujuan
Individu dapat mengambil keputusan tentang hal yang berhubungan dengan perilaku khusus yang ingin dikendalikan atau diubah, dengan memberi konseli tanggung jawab dan andil dari pelaksanaan strategi yang akan dilakukan.

Langkah-langkah Konseling

1.      Mendefinisikan masalah dalam hal perilaku (konselor memilih/mengidentifikasi perilaku yang dapat diamati dan terukur dari konseli).
2.      Konselor merecord aktivitas konseli dalam satu minggu, termasuk di dalamnya hal-hal spesifik yang dialami konseli (perilaku konseli, pengaturan-pengaturan, kejadian-kejadian yang mengarah ke perilaku konseli, serta konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku tersebut.)
3.      Konselor bersama konseli menetapkan tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan konseling.
4.      mengubah pengaturan dan peristiwa pendahuluan yang mengarah ke perilaku konseli, dalam tahap ini konselor mengarahkan konseli untuk mengubah perilaku konseli ke arah yang lebih baik.
5.      Mengubah konsekuensi untuk memperkuat perilaku konseli, konseli dihadapkan pada dampak-dampak yang akan terjadi pada dirinya, terhadap perilakunya yang sekarang.
6.      mengidentifikasi usaha yang sudah dilakukan konseli
7.      konselor mengembangkan rencana dalam pelaksanaan program strategi self-managemnt, disini klien diberi tanggung jawab untuk melakukan program yang sudah direncanakan secara sepenuhnya, namun konseli tetap didampingi dan dimonitor oleh konselor.
Contoh: membuat jadwal harian
8.      konselor mengatur rencana untuk mempertahankan tujuan yang direncanakan, serta mengarahkan konseli supaya dapat menjalankan program yang direncanakan dengan baik.
9.      mengevaluasi efektivitas program dan melakukan perubahan program jika rencana tersebut tidak bekerja.

Keterampilan Non Verbal


Perilaku non verbal adalah produk sosial budaya dimana klien hidup dan bertumbuh. Mencakup segala ungkapan yang tak disadari klien dalam bentuk gerak isyarat, gerak tubuh, air muka, nada/getaran suara, dan tarikan nafas.
a.       Kinesics (ekspresi wajah dan gerak anggota tubuh)
Yaitu ilmu yang didasari atas pola-pola perilaku yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk gerak jari-jari, tangan bibir, dan mata.
b.      Paralinguistic (ekspresi nada suara bicara)
Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa/suara termasuk kualitas bahasa, nada suara, kelancaran dalam berbicara. Seperti tekanan suara, ritme/irama, tempo, artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.
c.       Protemic (penggunaan jarak atau kedekatan)
Yaitu pemahaman ruang yang berpengaruh pada interaksi konseling penampilan ruang dan jarak pribadi.

Keterampilan Verbal

Teknik konseling verbal adalah sembarang tanggapan verbal yang diberikan oleh konselor, merupakan perwujudan konkret dari maksud, pikiran, dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor (tanggapan batin) untuk membantu konselor pasa saat tertentu.
Komunikasi verbal adalah terwujud dalam respon lisan/kata-kata yang diucapkan secara terfokus.
a.       Clarification
Respon verbal konselor yang bertujuan mengembalikan seluruh pesan yang telah diungkapkan klien pada awal proses konseling karena asumsi ditegakkan bahwa pada proses awal, klien mencoba berbicara spontan tanpa kesadaran diri yang tinggi.

b.      Probling Awal (asking question)
Respon bertanya awal terbuka atau tertutup, yang digunakan konselor pada tahapan attending merupakan pertanyaan yang mengarah pada permasalahan untuk membantu klien memahami dirinya. Pertanyaan terbuka yang mengarahkan keterbukaan klien untuk berekspresi. Pertanyaan tertutup digunakan untuk memperoleh informasi singkat.
c.       Minimal Encourage
Ungkapan kata yang memotivasi. Respon verbal konselor untuk memberikan percaya diri, memberikan penguatan/memberikan keterangan/rasa aman pada klien.
d.      Paraphrase
Respon verbal paraphrase merupakan respon verbal konselor yang berkenaan dengan isi pesan klien/pemikirannya pada masalah yang dialaminya sesuai dengan kerangka berpikir klien.
e.       Reflection of Feeling
Respon verbal reflection of feeling merupakan respon verbal konselor yang merefleksikan perasaan-perasaan emosional klien yang tidak terkandung dalam permasalahan yang dialaminya/pesan yang disampaikannya pada konselor.
Respon pengembalian penekanan pada perasaan yang terkait dalam pesan klien.
f.       Attending Summarization
Penyimpulan pesan secara menyeluruh/isi dan perasaan yang terkait yang terarah pada timbulnya kesadaran diri klien pada masalahnya. 

CONTIGENCY CONTRACTING



§  Pengertian
Ialah suatu rencana untuk mendapatkan perubahan, kontrak merupakan strategi yang menyangkut masalah sebelumnya atas konsekuensi internal dan eksternal yang akan mengikuti pelaksanaan perbuatan yang diinginkan atau yang tidak diinginkan. Kontrak seperti ini bisa menolong konseli untuk tetap memiliki komitmen dalam hal melakukan rencana perbuatan. (Corey, 1995, p.433)
 §  Tujuan
Untuk merubah perilaku konseli yang maladaptive menjadi adaptive, dan mengatur kondisi konseli sehingga bisa menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak yang telah dibuat antara konseli dan konselor. §  Langkah-langkah kontrak :
1.     Konselor dan konseli mengidentifikasikan masalah untuk dipecahkan.
2.   Konselor mengumpulkan data untuk menguji frekuensi baseline untuk menurunkan perilaku konseli.
3.      Konselor dan konseli harus saling dapat menerima tujuan.
4. Konselor merencanakan bahwa identifikasi perilaku konseli dan jumlah waktu konseli untuk memperoleh penghargaan kepada konseli.
5.      Konselor merencanakan evaluasi untuk menunjukkan langkah perubahan perilaku konseli.
6.    Jika perencanaan tidak efektif, maka konselor mengulang langkah ke 4. Jika teknik berkembang efektif, konselor mengembangkan perencanaan pemeliharaan untuk memelihara perilaku baru konseli.
(Thompson, et.al., p.243) §  Analisa ABC
A    : Sering bermain games online hingga larut malam.B     : Terlambat bangun pagi, dalam 1 minggu bisa 3x terlambat.C     : Terlambat masuk sekolah 30 menit, sehingga tidak bisa mengikuti mata pelajaran             yang sedang berlangsung. §  Contoh Jadwal Tingkah Laku



Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Jumlah


Tidak
terlambat


Minggu 1

ü   





ü   



     2
Minggu 2



ü   

ü   

ü   


    3
Minggu 3

ü   


ü   

ü   

ü   

    4
Minggu 4

ü   

ü   

ü   

ü   

ü   

    5
Jumlah

  
   14
 §  Contoh Kontrak
 
Tingkah laku yang bermasalah
Terlambat bangun pagi, sehingga terlambat untuk datang ke sekolah, terlambat hingga 30 menit.
Tingkah laku yang diinginkan
Tidak tidur larut malam, agar bisa bangun lebih pagi, sehingga tidak terlambat untuk datang ke sekolah.
Sangsi
Membersihkan kamar mandi wanita, membersihkan ruangan kelas selama tiga hari berturut-turut, jika konseli terlambat tanpa keterangan sebanyak tiga kali.
Hadiah 
Apabila konseli bisa merubah tingkah laku yang bermasalah menjadi tingkah laku yang diinginkan, maka konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk bermain games online pada saat liburan.

Tanda tangan
Siswa : 
Guru  : 
Pihak lain yang terlibat : Orang tua
 Sumber :Corey G. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Semarang : IKIP Semarang Press.Thompson, Charles L, et.al. Counseling Children Sixth Edition.